Friday, December 21, 2012

IKAN KEMBUNG & IKAN LELE


Mengingat sejenak makanan kesukaan anak saya yang pertama Farras Fadhil Muhana  ketika berumur 3 tahun (sekarang 6 tahun) akan ikan kembung, membawa saya menuju komputer untuk bertanya pada “mbah” Google tentang kandungan gizi dalam ikan kembung. Bukan apa-apa, anak saya kalau makan, senang sekali dengan ikan kembung. Kalau ditanya, Farras hari ini mau makan dengan apa? Pasti jawabannya dengan ikan kembung. Jadi…. Hampir setiap hari menu yang Farras pilih adalah ikan kembung. 


Berbeda dengan Farras yang sekarang, yang sudah berumur 6 tahun. Ikan yang dia senangi sekarang ini adalah ikan lele. Hampir setiap malam menu yang dipilih Farras adalah ikan lele. Dan bedanya lagi, kalo dulu…. Ketika Farras menggandrungi  ikan kembung, saya menggoreng sendiri ikannya, tapi kalau ikan lele, saya lebih sering beli. Saya tidak bisa mengolah ikan lele, dari mulai mematikannya (apa ya… bahasanya J yaahh.. pokonya begitu deh… hehehe…),sampai  membersihkannya, kalau menggorengnya sih… bisa… hehehe… Dibanding ikan kembung, ikan lele lebih sulit (menurut saya). Ikan kembung sih…. dibersihkannya gampang, kalo ikan lele…. nyerah deh…

Mencermati makanan favorit Farras, saya berharap manfaat yang dikandungnya bisa memenuhi nutrisi hariannya. Iseng-iseng search di Google, ini dia hasilnya….

Kandungan gizi Ikan Lele : 

1.       Sumber  Energi
2.       Protein
3.       Lemak
4.       Kalsium (Ca)
5.       Fosfor (P)
6.       Zat Besi (Fe)
7.       Natrium
8.       Tiamin (B1)
9.       Riboflavin (B2)
1.       Niasin
1.      Omega 3




Sementara kandungan gizi Ikan Kembung :

1.      Energi
2.      Lemak
3.      Protein
4.      Serat
5.      Sodium
6.      Kalium
7.      Omega 3
8.      Kalsium (Ca)
9.      Fosfor (P)

1.      Zat Besi (Fa)

Semoga bermanfaat :)

Thursday, December 20, 2012

22 Desember

Tanggal 22 Desember kita peringati sebagai Hari Ibu. Tapi bagaimana kah  kita memperingati Hari Ibu tersebut? Apakah hanya dengan ucapan Selamat Hari Ibu kepada ibu kita? Atau dengan memberikan hadiah,memberikan  Kue (cake), atau menghadiahi ciuman untuk ibu kita? Yang  jelas, memberikan “sesuatu” kepada ibu kita, tidak harus menunggu Hari Ibu. Setiap hari dan setiap saat, kita bisa memberikan kasih sayang dan terima kasih kita untuk ibu tercinta kita. Peringatan Hari Ibu adalah untuk mengingatkan kita bahwa peran ibu sangatlah penting. Ibu adalah madrasah buat anak-anaknya.

Wanita yang sudah menjadi ibu, pasti sudah bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi ibu. Bagaimana ibu kita menyayangi dan mengasihi kita sebagai anaknya, layaknya kita yang menyayangi dan mengasihi anak kita sendiri. Mengasuh,mengasihi dan membesarkan anak adalah tugas seorang ibu yang tidak mudah.  Tidak perduli wanita tersebut bekerja atau ibu rumah tangga, yang jelas…… menjadi seorang ibu adalah tugas yang tidak mudah, dan tidak bisa dianggap remeh. Banyak cara untuk bisa membahagiakan ibu, mungkin ada ibu yang dengan ditemani anaknya setiap hari saja, seorang ibu sudah bisa merasakan bahagia, ada ibu yang bisa tersenyum hanya dengan menanyakan kabarnya saja, atau ada ibu yang sudah bisa merasa senang hanya dengan sentuhan kasih sayang anaknya. Ibu mulia tidak akan meminta/menginginkan sesuatu yang berlebih dari anak nya. Hanya dengan melihat dan merasakan anak nya bahagia, ibu yang mulia akan merasa bahagia pula. Tiada yang utama dan paling utama di dunia ini, kecuali ibu. 

Ibu adalah pondasi pendidikan untuk anak-anak. Maka… nyatanya memang menjadi ibu tidaklah mudah. Tapi tidak ada ibu yang mengeluh akan tugas beratnya, tidak ada ibu yang menyesal menjadi ibu karena kewajibannya,mulialah ibu. Maka “Selamat Hari Ibu”. Semoga dengan adanya peringatan Hari Ibu ini, semakin banyak ibu-ibu yang mengerti fungsi dan tugas sebagai seorang ibu. 

IBU… tiada yang lebih indah selain melihat mu tersenyum, tertawa, bahagia……




Kasih ibu…
Kepada beta tak terhingga sepanjang masa..
Hanya memberi  tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia..

Monday, December 03, 2012

The Days are Long, But The Years are Short


Meminjam kutipan dari Gretchen Rubin author of The Happiness Project di atas, rasanya memang benar adanya. Ini saya rasakan ketika saya baru pertama kali mempunyai bayi/anak.  Pada saat-itu, rasanya ingin sekali bayi/anak kita tumbuh dengan cepat, ingin cepat bisa tengkurap, ingin cepat bisa merangkak, ingin cepat bisa berjalan, ingin cepat bisa berlari, ingin cepat bisa sekolah, dan keinginan-keinginan lainnya tentang tumbuh kembang anak kita, pokok nya pengen cepat besar. Dan hari-hari penantian melihat anak kita berkembang tumbuh menjadi besar, rasanya lama sekali. Hari terasa lambat berjalan.

Akan tetapi, ketika anak kita sudah besar, sudah sekolah, sudah pintar, wooww……  ternyata tahun cepat sekali berganti. Rasanya baru kemarin kita mengingat anak kita baru bisa berjalan, baru bisa mengucapkan kata pertama nya, baru bisa belajar bersepeda, baru bisa membaca, baru bisa mengaji, baru berulang tahun yang ke 3, ternyata sekarang sudah sekolah di SD.

Saya masih ingat ketika anak pertama saya yang bernama Farras Fadhil Muhana memulai aktivitas sekolah nya di Play Group dekat rumah, ketika dia dengan muka innocent nya pagi-pagi berangkat sekolah, berkenalan dengan orang-orang baru seusianya, bernyanyi dan menari bersama guru dan teman-temannya, memulai belajar membaca Al-Quran Iqro’ , memulai belajar membaca Ba-Bi-Bu-Be-Bo, ikut lomba baca Puisi, ikut lomba membaca, ikut lomba puzzle dan segala aktivitasnya yang lain. Rasanya semuanya itu masih berada di depan mata, tapi sekarang Farras sudah berusia 6 tahun, sudah bersekolah di SD kls 1. Sudah mengaji Juz’amma, sudah bisa membaca koran & buku cerita nya sendiri, belajar Matematika sudah pintar, belajar bahasa Inggris cepat menyerap.

Begitu waktu cepat sekali berlalu, sekarang Farras sudah memiliki adik perempuan yang sudah berusia 2 tahun. Masih terbayang, bagaimana dulu perjuangan saya dibantu suami untuk bisa memberikan ASI eksklusif kepada 2 buah hati kami. Kami diberikan kemudahan oleh Allah SWT, rumah mertua saya dekat dengan tempat saya bekerja, sehingga ketika Farras dan adiknya Fayda masih bayi, saya bisa bolak-balik kantor dan rumah mertua untuk memberikan ASI eksklusif. Setiap jam 10 pagi dan jam 12 siang, saya minta izin dari kantor untuk bisa memberikan ASI kepada anak-anak saya. Alhamdulillah kantor pun member izin. Dan begitu ASI eksklusif telah selesai, di usia 6 bulan, rasanya plooong sekali hati ini, perjuangan saya rasanya ada harganya. Tiada yang lebih indah ketika kita bisa memberikan sesuatu yang terbaik untuk anak-anak kita, salah satu nya bisa memberikan ASI eksklusif, suatu anugerah tak terhingga, rasa cape,lelah,terbayar sudah.

Kini Farras dan Fayda tumbuh menjadi anak-anak yang sehat dan ceria. Dulu saya merasakan lamaaa sekali Farras dan Fayda besar, tapi ketika sudah besar, tidak terasa ternyata waktu cepat sekali berlalu.

Sering saya mengingat kembali bagaimana Farras dan Fayda dulu ketika masih bayi. Farras yang temasuk bayi “bandel”, lumayan kewalahan saya menghadapi Farras bayi, menyusu nya tidak kenal waktu dan berjam-jam!! Kalau saja saya mudah menyerah dan tidak ada support dari suami, mungkin saya sudah berhenti untuk memberikan ASI eksklusif untuk Farras. Tapi Alhamdulillah itu tidak saya lakukan. Pada saat Farras berusia 9 bulan, saya sempat sakit selama 2 minggu, karena kecapaian, dan dokter menyarankan saya untuk berhenti dulu memberikan ASI. Berhubung Farras sudah bisa diberi susu formula, maka saya hentikan ASI untuk sementara, tapi itu pun dengan rasa berat hati yang sangat dalam. Dan ketika saya sudah fit dan tidak lagi meminum obat-obatan dari dokter, saya coba untuk memberikan ASI lagi ke Farras. Betapa sedihnya saya…. Farras tidak mau saya beri ASI!!! Saya menangis……. seeediiihhh…. rasanya. Suami saya menghibur saya untuk tidak sedih. Coba lain waktu lagi, mungkin Farras mau ASI, kata suami saya. Dan ketika Farras tidur, saya pun tidur di samping Farras, dengan harapan, jika Farras terbangun, saya bisa langsung memberikan ASI saya. Dan benar saja…. Farras “lilir” mencari susu, tanpa fikir panjang, saya langsung menyodorkan ASI saya, dan tidak disangka… Farras langsung menyambar ASI saya. Saya senang bukan kepalang!!! Farras mau ASI saya lagi!!! Dan akhirnya saya berhasil memberikan ASI saya hingga Farras usia 2 tahun 6 bulan.
Jika ibu-ibu yang lain ketika menyapih anak-anak nya dengan berbagai cara, ada yang putting susu nya (maaf) diberi obat merah atau lipstick, ada yang diberi ramuan pahit, ada yang di do’a in oleh “orang pintar” supaya si anak tidak ingat ASI lagi dan cara-cara yang lainnya, tapi tidak dengan saya, semenjak usia Farras 1 tahun, ketika Farras menyusu pada saya, saya sering berkata pada Farras, nanti kalau adek sudah usia 2 tahun, adek tidak bisa menyusu lagi pada ibu, satu tahun lagi, adek bisa menyusu pada ibu ya… kalimat seperti itu yang selalu saya katakana pada Farras. Dan ketika Farras sudah waktunya untuk disapih, tidak terlalu sulit saya menyapihnya. Awalnya memang tidak tega ya… melihat Farras “sakau” akan ASI. Tapi lama-lama… Farras sudah bisa melupakan ASI.

Berbeda dengan Fayda, Fayda termasuk bayi yang tidak rewel, mungkin karena perempuan ya….. .Dan tepat di usia 2 tahun, saya sudah tidak memberikan ASI lagi untuk Fayda. Fayda pun termasuk anak yang tidak sulit untuk di sapih. Cara-cara yang saya pakai untuk menyapih Farras, saya terapkan juga pada Fayda.

Mengingat kembali momen-momen bersama anak-anak, memberikan nuansa hati tersendiri untuk saya. Kerepotan, kewalahan, kecapaian, keluh kesah, kebahagiaan, canda tawa, mewarnai itu semua. Dan semua itu terasa indah untuk dikenang.