Friday, April 26, 2013

Lampu Bohlam #9 - Perempuan (Harus) 'Perkasa'


Perempuan adalah hebat, perempuan adalah perkasa. Perempuan tidak bisa berlari dan sembunyi dari takdir, meski takdirnya sangat pedih.
Kebahagiaan perempuan kadang harus terenggut begitu saja karena takdir. Tapi perempuan harus berdiri tegak, tetap menyongsong mentari, walaupun kebingungan masih nampak.

Tahun 1999, Ayahanda pergi untuk selama-lamanya menghadap Ilahi Robbi, dengan meninggalkan 7 orang anak, dimana anak terkecil masih sekolah kelas 6 SD. Saya anak pertama baru selesai D3, sementara adik-adik saya, 2 orang kuliah, 2 orang di SMA, 1 orang di SMP, dan 1 orang lagi di SD.
Yang saya fikirkan saat itu, bagaimana menyekolahkan adik-adik saya yang masih kecil-kecil, sementara saya kerja juga belum. Mungkin ibu saya pun berfikir sama dengan saya. Tak terbayang bagaimana galau dan kalutnya ibu saya, seorang ibu rumah tangga yang hanya mengandalkan pensiunan almarhum ayah saya, harus tegar menghadapi semua itu. Tapi jika takdir kita serahkan semuanya pada Allah SWT, InsyaAllah semuanya akan berjalan, mengalir seperti air. Alhamdulllah, kami sudah bisa melewati itu semua. 

Dan perempuan mengalami takdir yang lainnya. 
Mungkin sekitar 4 atau 5 tahun yang lalu, suami dari Bibi (Tante) saya, meninggal dunia, meninggalkan istri dan 2 orang anak yang masih SD. Sedih membuncah dalam dada Bibi saya, saya pun bisa ikut merasakan kesedihan itu. Di usia muda, Bibi saya harus kehilangan suami yang dicintainya.
Tapi ketika kesedihan itu belum juga pupus, Bibi saya harus kehilangan anak bungsunya. Ya.. Allah, harus seperkasa apalagikah perempuan jika harus menghadapi itu semua? harus setegar apalagikah jika meghadapi takdir demikian? Tapi Alhamdulillah Bibi saya bisa melewati hari-hari beratnya. 

Menjadi perempuan memang berat, tapi perempuan telah dikaruniai 'sesuatu' yang dahsyat oleh Yang Maha Kuasa. Keperkasaan, ketegaran, kekuatan dipadu dengan kelembutan hatinya membuat siapapun akan terkagum-kagum. Diantara deritanya, perempuan harus bisa berdiri tegak laksana karang di lautan, perempuan harus bisa tersenyum menyambut matahari, dan tak salah jua bila ingin menangis ketika rembulan datang.




#Nulisnya sambil berkaca-kaca :)#
#Teruntuk Lampu Bohlam#

Prompt #10: Shioban dan Michika

"Shioban, ayo kita pulang!" Teriak Michika.
"Baiklah!" Jawab Shioban dari kejauhan, lalu berjalan cepat menuju Michika.
Setelah Shioban sampai, Michika berkata : "Kereta kuda sudah menunggu kita."
"Kereta kuda hanya untuk para ratu dan penyihir."
"Memangnya apa yang akan kamu lakukan jika aku menginginkannya?" kata Shioban sambil mendelik ke arah jin penjaga.

"Apakah kamu tidak tahu, kalau kami adalah ratu dan penyihir?!" Jawab Michika tak kalah sengit.
Lalu... ting, ting, ting Michika pun merubah dirinya menjadi bentuk aslinya sebagai penyihir yang memiliki tongkat dan dapat bersinar terang, yang bisa merubah apapun.
Dan ting, ting, ting giliran Shioban dirubah menjadi ratu yang cantik. Melihat perubahan yang ada padanya, Shioban tersenyum senang, sambil berputar-putar memegang gaunnya yang lebar dan indah, seolah-olah di depan Shioban ada cermin, dan dia mematut-matut diri di cermin itu.
Dan ketika jin penjaga hendak dirubah oleh Michika, sebelum dia mengayunkan tongkatnya dan ting, ting, ... jin penjaga sudah terbang menghilang.


#Hadeuh... prompt kali ini, susaah bangeeet.... :)#

Tuesday, April 23, 2013

Bukan Anak Nakal

Farras termasuk anak yang aktif. Selalu bergerak, tidak mau diam. Diamnya mungkin hanya tidur. Karena sedang makan pun, tetap tidak mau diam. Keaktifannya mulai bertambah ketika Farras berusia 3 tahun, dimana Farras sudah mulai bersekolah Play Group di Komplek rumah kami. Kegiatan di sekolah yang Farras sukai adalah ketika harus bergerak, seperti sedang olahraga, kegiatan menari, dan cooking day. Ya.... cooking day, selain lari-lari, loncat-loncat, Farras juga sangat menyenangi acara cooking day yang diadakan sekolahnya setiap seminggu sekali. Farras tidak pernah mau bolos sekolah jika hari itu ada acara cooking day, dan pasti Farras akan ikut membantu ibu gurunya memasak bersama di dapur. Apalagi jika ada acara Out Bond yang diadakan sekolah, wah.. pasti Farras antusias sekali. Pertama kali Farras naik Flying Fox adalah ketika Farras berusia 3 tahun. Awalnya saya dan ayahnya Farras tidak mengizinkan Farras ikut Flying Fox, tapi berhubung Farras maksa ingin ikut Flying Fox, akhirnya dengan berat hati kami mengizinkan. Dan ternyata, Farras menikmati atraksi Flying Fox nya, sampai kepengen lagi :) Suatu kali pernah ibu gurunya Farras mengejar-ngejar Farras supaya masuk kelas, tapi Farras tidak mau. Alhasil, Farras berlari sambil tertawa-tawa seolah-olah mau ngisengin ibu gurunya yang ikut lari-lari mengejar Farras. Farras juga termasuk anak yang jahil/iseng. Sampai di akhir kelulusannya di Play Group, Farras terkenal dengan anak yang tidak mau diam. Tantenya pun pernah kena keisengan Farras. Suatu malam, ketika Tantenya Farras sedang tidur-tiduran, tiba-tiba Farras menjalankan mobil-mobilan yang berbaterai di rambut Tantenya. Otomatis rambut Tantenya nyangkut di roda mobil-mobilannya. Haduh... saya bingung, bagaimana mesti melepaskan mobil-mobilan tersebut dari rambut Tantenya. Dan kenapa harus Tantenya yang jadi korban. Entahlah apa yang ada dibenak Farras saat itu. Apakah itu sebagai bentuk protes Farras, atau hanya ingin tahu reaksi Tantenya jika Farras melakukan hal terebut, atau apalah.... 

Pun ketika masuk TK (Taman Kanak-Kanak), Farras masih sama seperti sewaktu di Play Group, tidak mau diam. Jika ada lomba di sekolah, Farras akan lebih tertarik mengikuti lomba misalnya : menangkap ikan, atau memindahkan kardus, daripada harus mengikuti lomba membaca atau berhitung. Farras tidak menyukai kegiatan yang monoton. Dan diakhir kelulusan Farras di TK pun, ibu guru Farras mengatakan Farras anak yang tidak mau diam atau anak aktif. Farras selalu ingin tahu, apa yang menarik baginya. Farras senang meng explore.
Rokok di warung mbahnya pernah jadi sasaran keingintahuan Farras. Semua rokok di warung mbahnya Farras bakar, lalu mencoba menghisapnya, tentunya tanpa sepengetahuan siapa-siapa. Alhasil mbahnya marah besar pada Farras. Bukan marah karena merokoknya, tapi marah karena membakar rokok-rokok yang ada di warungya. Sementara saya dan ayahnya Farras, marah pada Farras karena Farras mencoba ingin tahu rasanya merokok. Padahal ayahnya Farras tidak merokok lho... Mungkin Farras sering melihat orang-orang dewasa di sekitarnya yang merokok, ya...  Tak jarang Farras mendapat predikat nakal dari keluarga. Sedih juga sih ya, sebagai seorang ibu ada yang mengatakan anaknya nakal, apalagi yang mengatakannya adalah keluarga sendiri. Padahal tidak boleh memberikan label nakal pada anak.

Dan sampai sekarang, di usianya yang 7 tahun, keaktifan Farras tidak juga berkurang (sempat berharap ketika usianya bertambah, keaktifan Farras berkurang), tapi ternyata tidak. Ketika awal-awal masuk SD, saya pernah ditegur ibu guru Farras, karena keaktifan Farras. Ibu gurunya bilang, Farras anak yang tidak mau diam, senang berjalan-jalan di dalam kelas. Ada juga ibu dari salah satu murid yang sekelas dengan Farras, mengatakan Farras anaknya tidak mau diam, di kelas senangnya berjalan-jalan, khawatir mengganggu anak yang lain. Haduuh... sedih banget deh rasanya ibu guru dan wali murid ada yang mengatakan hal seperti itu tentang Farras. 

Sebetulnya, saya sendiri sih, tidak terlalu mengkhawatirkan Farras anak yang sangat aktif, karena biasanya anak yang aktif adalah anak yang pintar dan cerdas (sudah terbukti lho... :p) juga sehat.  Hanya saja, saya khawatir jika Farras berada diantara orang-orang yang tidak biasa menghadapi anak aktif. Apalagi jika ada acara keluarga besar berkumpul, hati saya pasti ikut jumpalitan seiring kelakuan Farras yang jumpalitan juga :) 

Anak aktif bukanlah anak nakal, tidak ada anak yang nakal, mereka hanya ingin tahu apa yang akan terjadi jika mereka melakukan hal-hal yang dilarang oleh orang dewasa. Anak aktif adalah anak yang keinginantahuannya besar, selalu banyak bertanya, selalu meng explore rasa ingin tahunya.

Keaktifan Farras rupanya menular pada Fayda, adiknya. Padahal Fayda adalah anak perempuan. Tapi Fayda pun senang bergerak, tidak mau diam. Senang bercanda dengan kakaknya, juga anak yang suka iseng. Senang lompat-lompat, bahkan jungkir balik di kasur, padahal usia Fayda belum genap 3 tahun waktu itu. Memang tidak ada yang bisa melarang anak untuk aktif. Itu adalah dunianya. Biarkan saja mereka mencari jawaban atas keingintahuannya, jangan dicekal, jangan dilarang. Hargailah kreatifitas anak, hargailah hak bermain anak, walaupun dengan cara berlari-lari, loncat-loncat, naik-naik, yang penting kita sebagai orangtua harus selalu mengawasi setiap gerak-gerik anak. Beri anak ruang untuk bisa meng explore apa yang ingin dia tahu. Kita hanya bisa memberikan wadah yang baik untuk rasa ingin tahunya itu.


#Untuk Farras & Fayda : Ibu tidak pernah mengatakan kalian anak nakal, kalian adalah anak-anak cerdas ibu, anak-anak ibu yang sehat. Matahari pagi ibu. Ibu selalu bangga pada kalian, anak-anak ibu#

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha

Siti Aisyah atau Aisyah ra memiliki gelar ash-Shiddiqah, sering dipanggil dengan Ummu Mukminin
Aisyah ra seorang istri yang paling dicintai Rasulullah. Tentu ada hal-hal yang patut kita teladani dari Aisyah ra ini mengapa beliau bisa dijadikan istri yang paling dicintai oleh Rasulullah, sampai-sampai Rasulullah memiliki julukan tersendiri untuk istrinya, Aisyah ra yaitu Humaira’ yang artinya pipi yang kemerah-merahan. Aisyah ra terkenal akan kecantikan, kecerdasan, kesederhanaan dan kesholehannya. Bahkan didalam hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik dikatakan, “Cinta pertama yang terjadi didalam Islam adalah cintanya Rasulullah SAW kepada Aisyah r.a.” Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Aisyah sangat memperhatikan sesuatu yang menjadikan Rasulullah SAW rela. Aisyah ra menjaga agar jangan sampai beliau menemukan sesuatu yang tidak menyenangkan darinya. Karena itu, salah satunya, dia senantiasa mengenakan pakaian yang bagus dan selalu berhias untuk Rasulullah SAW.

Aisyah termasuk wanita yang banyak menghapalkan hadits-hadits Nabi SAW, sehingga para ahli hadits menempatkan dia pada urutan kelima dari para penghapal hadits setelah Abu Hurairah, Ibnu Umar, Anas bin Malik dan Ibnu Abbas.

Dalam penetapan hukum pun, Aisyah r.a kerap langsung menemui wanita-wanita yang melanggar syariat Islam. Didalam Thabaqat, Ibnu Saad mengatakan bahwa Hafshah binti Abdirrahman. menemui Ummul Mukminin Aisyah r.a.  Ketika itu Hafshah mengenakan kerudung tipis.  Secepat kilat Aisyah menarik kerudung tersebut dan menggantinya dengan kerudung yang tebal. Aisyah tidak pernah mempermudah hukum kecuali jika sudah jelas dalilnya dari Al Qur`an dan Sunnah.


Aisyah radhiyallahu ‘anha juga ahli dalam ilmu faraid (warisan dan ilmu obat-obatan). Urmah bin Jubair putra Asma binti Abu Bakar bertanya kepada Aisya radhiyallahu ‘anha :” Wahai bibi, dari mana bibi mempelajari ilmu kesehatan?.” Aisyah menjawab : ”Ketika aku sakit, orang lain mengobatiku, dan ketika orang lain sakit aku pun mengobatinya dengan sesuatu. Selain itu, aku mendengar dari orang lain, lalu aku menghafalnya.”

Dengan kesederhanaannya, beliau juga menghabiskan hari-harinya dengan ibadah kepada Allah, seperti puasa Daud. Kesederhanaan juga nampak ketika kaum muslimin mendapatkan kekayaan dunia, beliau mendapatkan 100.000 dirham. Saat itu beliau berpuasa, tetapi uang itu semua disedekahkan tanpa sisa sedikitpun. Pembantu wanitanya mengingatkan beliau :”Tentunya dengan uang itu anda bisa membeli daging 1 dirham buat berbuka?” Aisyah menjawab : ”Andai kamu mengatakannya tadi, tentu kuperbuat.”

Begitulah beliau yang tidak gelisah dengan kefakiran dan tidak menyalahgunakan kekayaan kezuhudannya terhadap dunia menambah kemuliaan. Suatu suri tauladan bagi perempuan-perempuan Indonesia.

#diambil dari berbagai sumber#

Thursday, April 18, 2013

Raden Ajeng Kartini

Kartinimu dulu,
Bagaikan nyala lilin kecil yang tertiup angin
Bergoyang-goyang tak ada pijakan

Kartinimu dulu,
Laksana gerhana,
Gelap gulita

Wednesday, April 17, 2013

Kuliner Banten


Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu kedua.

Banten
adalah sebuah provinsi di Pulau Jawa, Indonesia. Provinsi ini dulunya merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat, namun dipisahkan sejak tahun 2000, dengan keputusan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000. Pusat pemerintahannya berada di Kota Serang. (sumber : Wikipedia)

Dan saya tinggal di pusat pemerintahan provinsi Banten, Serang.

Banten banyak sekali memiliki ciri khas. Mulai dari makanannya, tempat-tempat wisatanya, tempat-tempat bersejarahnya, Batik Bantennya, bahasanya, ada yang memakai bahasa Sunda Campuran, Sunda Kuno, Sunda Modern, dan bahasa Indonesia, di Serang dan Cilegon, bahasa Jawa Banten digunakan oleh etnik Jawa. Dan, di bagian utara Kota Tangerang, bahasa Indonesia dengan dialek Betawi juga digunakan oleh pendatang beretnis Betawi. Di samping bahasa Sunda, bahasa Jawa, dan dialek Betawi, bahasa Indonesia juga digunakan terutama oleh pendatang dari bagian lain Indonesia. Sementara saya di rumah menggunakan bahasa Sunda dan Indonesia. Untuk bahasa Jawa Banten, saya tidak lihai malah bisa dibilang tidak bisa.

Friday, April 12, 2013

[BeraniCerita #07] Si Pendiam yang Aneh

Aku bingung melihatnya. Orang-orang bilang, dia waras, tapi penampilannya kumal, rambut acak-acakan, dan jarang berbicara tapi sorot matanya tajam. Kadang aku suka takut jika berpapasan dengannya, apalagi jika tanpa sengaja melihat sorot matanya. Aku suka jengah jika dia suka memperhatikan aku dengan sorot matanya yang tajam itu. Aku gak tahu dimana dia tinggal, tapi dia sering berkeliaran di lingkungan rumahku.
 
Suatu sore, tanpa sengaja aku berpapasan lagi dengannya, hatiku sudah dag-dig-dug tak karuan karena takut. Seperti biasa jika dia berpapasan denganku, dia selalu memandang aku dengan sorot matanya yang tajam. Aku hendak berlari, tapi dia menghalangi langkahku. Aku tercekat. Kaget. Takut. ” Ya… Tuhan, lindungi aku dari orang ini, jika dia mau berbuat jahat padaku.” Batinku meminta pertolongan Yang Maha Kuasa.

“Mila…. “ sapanya tanpa kuduga.  
“Ya.. Tuhan, dia tahu namaku. Darimana dia tahu?” batin ku tambah tak karuan.
“ Benarkan kau Mila?” dia bertanya.
Aku mengangguk.
“Mila anaknya Bu Romlah?” tanyanya lagi.
Aku kembali mengangguk, dalam kebingungan.
“Milaaaa………” dia mau memelukku.
Aku menghindar. Dia terlihat kecewa. Aku jadi tambah bingung,kalut,takut.
“Mila, tak maukah kau memelukku? aku ayahmu, Mila….” dia berbicara sambil menunduk.
“Aaaaapaaaaa…………?”

#words = 183#

Tuesday, April 09, 2013

Prompt #9: Parfum

Tergesa-gesa Lala masuk ke dalam gang rumahnya. Malam ini Lala lembur, sehingga dia harus pulang larut malam. Jam sudah menunjukkan pukul 10.41 WIB. Untuk sampai ke rumahnya dari tempat dia bekerja, Lala harus naik angkot sekali dan turun didepan gang. Dari gang itu, Lala harus berjalan kaki kurang lebih 200 meter, melewati tempat yang sepi, sepi sekali dan juga harus melewati kuburan. Kuburan… itu yang Lala takuti. Seminggu yang lalu, ada tetangganya yang meninggal karena tertabrak mobil ketika menyebrang. Sebetulnya tetangganya tersebut masih teman sepermainan Lala sewaktu kecil. Dan ketika sudah dewasa, sudah memiliki kehidupan masing-masing, mereka jadi jarang bertemu. Yang Lala selalu ingat dari  temannya itu adalah, temannya  senang sekali memakai parfum beraroma melati. Tiba-tiba bulu kuduk Lala berdiri, ketika dia ingat akan cerita dari orang-orang di perkampungan itu, kalo teman kecilnya tersebut gentayangan. Dan jika si gentayangan itu muncul, pasti akan tercium aroma parfum melati yang suka dipakainya.  Hiiii….. Lala semakin mempercepat laju langkanya.

Lalu, ketika Lala melewati kuburan, sseeerrr…. aroma parfum melati tiba-tiba tercium olehnya. Dan… bulu kuduknya berdiri lagi. Lala ketakutan. Dia mencoba lari, namun ketika Lala hendak lari, tiba-tiba tangannya ada yang menarik dari belakang. Spontan Lala berteriak : “Aaaahhhhh…….lepaskan tanganku!!”. Lala menarik tangannya tanpa melihat kebelakang dan lari terbirit-birit.

Sementara Shela, temannya Lala yang juga pulang malam selepas lembur dari kantor nya hanya bengong saja melihat Lala mencoba menarik tangannya dari pegangan Shela yang hendak menyapanya dan lari terbirit-birit. Shela mencoba berteriak memanggil Lala : “Lalaaaaaa….ini aku, Shela!” Tapi panggilan Shela tak mampu terdengar oleh Lala yang ketakutan.

Friday, April 05, 2013

(Flash Fiction) DILEMA

“Apa?" aku memang gila telah melalukan kesalahan ini, Sherly, tapi aku gak mau tambah gila untuk melakukan kesalahan yang lain." teriak Phie pada Sherly, sahabatnya
“Kamu bilang, kamu ga berani untuk bilang pada orang tuamu, kamu bilang ga mungkin untuk memberitahu orang tuamu." jawab Sherly
“Iya, tapi bukan begitu cara nya, Sherly...” Phie kebingungan.
“Phie, aku tidak punya alternatif lain untuk aku sarankan padamu, selain itu. Karena permasalahan yang sedang kamu hadapi, hanya ada dua opsi, yaitu memberitahu orang tuamu, atau menerima saranku. Tapi itu semua terserah padamu. Jika aku berada pada posisimu sekarang ini pun, aku pasti kebingungan. Aku juga belum tentu berani untuk mengatakan pada orang tuaku, pun aku belum tentu berani untuk menerima usulku tersebut. Pikirkan baik-baik Phie, sebelum kamu menentukan sikapmu, bicarakan dahulu dengan kekasihmu sebelum kamu bertindak, karena ini adalah perbuatan kalian berdua, kesalahan kalian berdua. Maaf kan aku karena aku tak punya opsi lain selain menyarankanmu untuk menggugurkan kandunganmu, karena begitu ‘keukeuh’ nya kamu tidak mau bercerita pada orang tuamu, sementara berbicara dari hati ke hati, berbicara dengan baik-baik pada orang tuamu adalah solusi terbaiknya. Kalau kamu tidak mau mengatakan pada orang tuamu, akan berapa lama kamu menyimpan aibmu ini, bukankah sebaik-baik tupai melompat akhirnya akan jatuh juga? Begitu juga rahasia Phie, serapi-rapinya kamu menyimpan rahasia, pasti orang tuamu akan tahu juga. Sebelum semuanya terlambat, sebelum semuanya berlarut-larut, sampaikan pada orang tuamu dengan baik-baik Phie, menurutku itu yang tebaik. Aku hanya memberikan shock therapy padamu dengan memberikan solusi menggugurkan, maafkan… tapi cara yang paling baik adalah berbicara pada orang tuamu."
Phie hanya terdiam lama, air mata telah mengalir pelan di pipinya.
“Phie, mumpung usia kandungan mu baru 3 minggu, betul kan?” lanjut Sherly.
Phie mengangguk.
“Bicarakan pada orang tuamu."  saran Sherly kembali.
Mereka diam lama, tanpa ada suara, tanpa ada perbincangan. Hanya suara air hujan diluar sana terdengar.

“Phie, boleh aku tahu siapa nama kekasihmu? karena setelah sekian bulan kamu berhubungan dengan kekasihmu, aku belum tahu orangnya bahkan namanya." Lanjut Sherly
Phie mengusap air matanya. 
“Namanya Aryo." jawab Phie.
“Aryo? Aryo apa Phie? Nama lengkap nya siapa? “ tanya Sherly penasaran.
“Aryo Dwiguna” jawab Phie.
“Apa Phie, ulang sekali lagi." pinta Sherly.
“Aryo Dwiguna." ulang Phie.
Sherly semakin penasaran. 
“Boleh aku lihat fotonya, Phie?”
Phie pun memperlihatkan foto kekasihnya dari Hand Phone nya. 
 "Ini Sher.”
“Phie, benar ini kekasihmu?” pikiran Sherly penuh dengan tanda tanya.
“Iya, Sher… memangnya kenapa sih?” tanya Phie mulai penasaran juga.
Sherly lunglai, mukanya terlihat merah, antara marah dan ingin menangis.
“Sherly, kamu kenapa?” Phie terlihat kahawatir melihat sahabatnya seperti itu.
Sherly menangis. Phie kebingungan.
“Sherly, ayo dong bilang, ada apa, kamu kok malah menangis sih.” Phie mengguncang-guncangkan bahu Sherly.
Perlahan, Sherly menarik nafas panjang. Sepertinya Sherly sedang mempersiapkan diri untuk mulai bercerita pada Phie, menceritakan semuanya.
“Phie, sudah berapa bulan kamu berhubungan dengan Aryo?” tanya Sherly mulai membuka percakapan kembali.
“ Tiga bulan” Jawab Phie.
“Kenapa memangnya Sherly?” Phie semakin penasaran.
Sherly tambah kaget. “Baru tiga bulan pacaran, kamu sudah hamil oleh Aryo?” Sherly mendelik.
Phie tertunduk diam, merasa tambah bersalah atas kesalahannya.
Sherly kembali menarik nafas panjang.
“Tahu kah kau Phie, Aryo adalah kekasihku."  Sherly berbicara pelaan sekali
“Apaaaa?” Phie berteriak untuk kedua kali nya pada Sherly
“Iya, Phie, Aryo adalah kekasihku." ulang Sherly lebih tegas.
“Sudah dua tahun aku berhubungan dengan Aryo. Satu tahun ini Aryo melanjutkan studynya ke Australia. Memang sudah hampir lima bulan ini, aku tidak lagi mendengar kabar Aryo, dia bagai hilang ditelan bumi. Berulang kali aku telp, tidak pernah diangkat, terakhir aku telp, nomornya sudah tidak aktif lagi, SMS tidak pernah dibalas, email pun tak pernah ada jawaban. Pernah aku kirim surat, tak pula ada jawaban. Ternyata dia sudah berhubungan lagi dengan orang lain, yang orang lain itu adalah sahabatku sendiri”. Sherly mulai bercerita, sambil matanya menerawang melihat guyuran hujan dari balik jendela.
“Dimana kamu sering bertemu denga Aryo, Phie? di kota inikah?” tanya Sherly
Tak ada jawaban.
“Phie, dimana kamu sering bertemu Aryo?” tanya Sherly lagi.
Masih belum ada jawaban.
Sherly menengok ke arah Phie.
Dan tak disangka oleh Sherly, Phie ternyata sudah jatuh pingsan.

Thursday, April 04, 2013

[BeraniCerita #06] Antara Eyang, Rino Dan Ratna

Tak perlu waktu lama, Rino akhirnya sampai di rumah bergaya Jawa kuno yang cukup besar. Halamannya luas dengan beberapa pohon beringin. Tampaknya rumah ini adalah rumah turun-temurun.

Tok, tok! Rino mengetuk pintu.

Tak lama pintu dibuka. Rino terkejut melihat sosok yang berada di hadapannya.
“Ratna?” Tanya Rino. Ratna pun tak kalah kagetnya melihat kedatangan temannya di rumah Eyangnya ini. “Rino? Ngapain kamu disini?” Tanya Ratna.
“ Lho…. Kamu juga ngapain disini?” Rino balik bertanya. 
 “ Lho… ini kan rumah Eyangku, suka suka dong… kalo aku ada disini”. Ratna menjawab ketus. Ratna memang lagi sebal sama yang namanya Rino. Gimana ga sebal, setiap hari adaaa aja keisengan  Rino pada Ratna di kampusnya, tepatnya kampus mereka, karena memang Rino dan Ratna teman se kampus.
“ Eyang kamu? Gak salah? Ini kan rumah Eyang Putriku!” Teriak Rino tak mau kalah.
“Apa??”  Ratna terkejut. “Eyang putri Rino?” Bisik hati Ratna. “Ini kan,  rumah Eyang Putri aku, kok bisa sih…” Batin Ratna kembali. Belum juga kedua makhluk tersebut menyelesaikan pikiran mereka masing-masing…
“Ada apa ini ribut sekali disini”. Eyang Putri keluar dari dalam kamar.
“Eyang…. “ Berbarengan Rino dan Ratna memanggil Eyang. Dan mereka pun tanpa sadar saling memandang heran. Rino mencium tangan Eyang Putrinya.
“Eyang, apa kabar?” Sapa Rino. Eyang hanya tersenyum.
“Kalian berdua, duduklah”. Perintah Eyang.

“Kalian pasti heran, kenapa Rino memanggil Eyang dengan sebutan Eyang dan Ratna pun memanggil Eyang dengan sebutan yang sama dengan mu, Rino” Eyang Putri membuka percakapan.
Wajah sangat penasaran terlihat di wajah Rino dan Ratna.
“Kalian sama-sama cucu Eyang, hanya saja Ratna adalah cucu langsung dari anak semata wayang Eyang, sementara Rino sebenarnya adalah cucu dari adik Eyang, yang sudah lama meninggal, yaitu mbah Seno, tapi tetap saja kan, Rino adalah cucu Eyang?” Lanjut Eyang lagi.
“Jadi kami bersaudara, Eyang?” Tanya Rino dan Ratna hampir berbarengan.
Eyang mengangguk. “Eyang sudah lama tahu kalian teman se kampus, tapi Eyang belum sempat bercerita pada kalian, karena kesibukan kalian, makanya ketika Ratna ada disini, Eyang memanggil Rino untuk datang kesini, supaya kalian tahu kalau kalian ini bersaudara”.  
Rino dan Ratna saling berpandangan. Rino tersenyum manis pada Ratna, semanis hatinya yang sekarang bisa lebih leluasa untuk  ngisengin Ratna, sementara Ratna tersenyum kecut, sekecut hatinya yang masih belum terima atas keisengan Rino setiap kali mereka ada di kampus.  

#381 kata#

Wednesday, April 03, 2013

[BeraniCerita #5] Sahabatku

Sepertinya suasana malam ini tidak begitu bersahabat bagi Riana. Angin yang dingin membuat dia memaki dirinya sendiri kenapa lupa membawa jaketnya yang tertinggal di mobil. Lorong yang tidak terlalu terang karena beberapa lampu mulai dimatikan. Dan kenapa tidak ada orang bersliweran? Padahal masih jam 8 malam.

“Nah, sebentar lagi sudah sampai di kamar Sinta.” Riana mencoba menghibur diri sendiri karena dirinya masih merinding. Cepat-cepat langkahnya diayun, sampai akhirnya dia berhenti tiba-tiba saat melihat sebuah tempat tidur dorong melaju cepat ke arahnya.

“Astaghfirullahaladzim!” Riana setengah berteriak dan langsung menyingkir, hampir saja dia terjatuh, lalu tanpa pikir panjang lagi, dia berjalan cepat hampir berlari kecil untuk sampai ke kamar Sinta, sahabatnya. 

Kira-kira 3 hari yang lalu, ibunya Sinta menelponnya dan memberitahu kalau Sinta masuk rumah sakit.  Sakitnya tambah parah, sudah stadium 4. Sinta terkena kanker, tapi Riana belum tahu kanker apa, karena ketika ibunya Sinta menelponnya, Riana hanya mendengar tangisannya, sehingga  Riana belum sanggup untuk menanyakan kanker apa yang diderita sahabatnya itu. Dan Riana baru bisa menjenguk sahabatnya itu, hari ini. Setelah bertahun-tahun tidak bertemu karena terhalang jarak dan waktu, akhirnya Riana bisa bertemu Sinta, walaupun dalam kondisi yang tidak menyenangkan.

“Nah, ini kamar Sinta” bisik hatinya. “Assalamualaikum…” salam nya. “Assalamualaikum…” Sekali lagi Riana mengucapkan salam. Tapi tidak ada sahutan, lalu Riana membuka pintu kamar itu, dia masuk tapi tidak ada siapa-siapa. Ketika Riana hendak keluar, dia berpapasan dengan suster. “Suster, Sinta pasien di kamar ini, kemana ya?” Tanya Riana.  “Oh… pindah ke ruang ICU” Jawab suster. “Dimana tempatnya suster?” Tanya Riana lagi. Lalu suster itu menunjukkan ruang ICU. 

Baru juga Riana hendak mendekat ke kamar ICU, tiba-tiba ada orang yang memeluk sambil menabraknya dan menangis tersedu-sedu. “Ibunya Sinta” Lirih hatinya. “Ada apa bu, kenapa menangis, ada apa dengan Sinta?” Tanya Riana keheranan. “Riana… Sinta sudah tiada, baru saja..” Jawab ibunya Sinta sambil masih terisak-isak. “ Innalilahiwainnailaihiroojiuun…. Segala sesuatu pasti akan kembali kepada Nya. Semoga kau mendapatkan tempat terbaik disisi Nya, Sinta sahabatku….” Pelan Riana berkata.
Keinginannya untuk bisa bertemu Sinta kembali, tidak terpenuhi. Lalu pelan… air mata Riana pun mengalir.
(342 kata)