Thursday, March 27, 2014

[GIVEAWAY] Mendengarkan Dongeng, Candu Untuk Fayda

Sejak anak pertama saya Farras menginjak usia Batita, saya selalu berdongeng untuknya. Dan kegiatan berdongeng saya berlanjut pada Fayda, anak kedua saya. Bedanya Farras dan Fayda adalah, kalau Farras, tidak terlalu maniak mendengarkan dongeng, dalam artian, jika dibacakan atau diceritakan dongeng, Farras akan mendengarkan saja dan tidak pernah meminta jika saya tidak membacakan dongeng atau cerita. Lain dengan Fayda, Fayda maniak mendengarkan dongeng. Jika saya tidak berdongeng, maka Fayda akan meminta untuk didongengkan. Bagi Fayda, mendengarkan dongeng adalah candu :). Bukan hanya malam ketika hendak tidur saja jika Fayda meminta didongengkan. Tapi setiap saat, jika ada kesempatan, pasti minta didongengkan. Mau tidur siang, minta dibacakan dongeng, tengah hari bolong, sore hari, pagi hari. Pokoknya, dongeng ajalah... :)
Uniknya Fayda, kalau minta dibacakan buku cerita atau dongeng, jika Fayda belum hapal, maka akan terus-terusan minta buku tersebut dibacakan, sampai Fayda hapal. Jadi yang membacakan ceritanya yang bosen hehehe... sementara yang mendengarkan dongeng sih, enjoy-enjoy aja... :D
Dan ajaibnya, buku cerita yang berulang-ulang didengarkan oleh Fayda, menjadi hapal di luar kepala. Bagian halaman per halaman, dihapal Fayda sesuai dengan urutan ceritanya. Ketika saya membuka halaman pertama, maka seolah-olah Fayda sedang membaca buku, yang dihapalnya persis sama dengan yang tertera pada buku cerita tersebut, sampai pada halaman terakhir. Hingga akhirnya, kadang bukan saya yang membacakan buku ceritanya, tapi Fayda yang seolah-olah membacanya, saya hanya membuka buku lembar per lembar. Saya sering tersenyum sendiri, bahkan tertawa lebar, mengetahui kalau Fayda sudah hapal luar kepala cerita yang sering Fayda dengarkan. Dan kalau saya sudah tertawa, maka Fayda pun akan ikut tertawa senang, dan terlihat bangga.

Tuesday, March 25, 2014

Masuk Semi Final OSK 2014

Tanggal 22 Pebruari 2014 bulan kemarin, Farras mengikuti babak penyisihan dari Olimpiade Sains yang diadakan oleh Komik Kuark. Komik Kuark sendiri adalah Komik mendidik yang berisi tentang sains.

Di setiap edisi, rubrik sains seperti zoologi, fisika, botani, astronomi dan tubuh manusia dikupas secara mendalam sesuai dengan kurikulum pendidikan nasional. Juga tersedia eksperimen sains seru untuk mengasah kemampuan anak-anak untuk berpikir kritis melalui pengamatan, percobaan dan analisa. Cerita dan visualisasi juga disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak sehingga Komik Sains Kuark terbit dalam empat level, yaitu Kuark Level I (kelas 1 dan 2), Kuark Level II (kelas 3 dan 4),  Kuark Level III (kelas 5 dan 6) dan Kuark Level IV (SMP).  (diambil dari komikuark)

Dan setelah menunggu sekitar satu bulan hasil pengumumannya, apakah masuk semi final atau tidak, akhirnya pengumuman itu keluar tanggal 22 Maret 2014 kemarin. dan ternyata, Farras masuk semi final. Senang? Tentu doong... :D Farras ikut Olimpiade Sains Kuark (OSK) di level 1 (kelas 1 dan 2). Sementara materinya ada di Komik Kuark edisi 1 - 6. Dan untuk materi semi final nanti, ada di edisi 1- 9. Perlu perjuangan extra untuk bisa tembus/masuk ke babak final nantinya. 

Monday, March 24, 2014

Hanya Dua Status

Ide Pak De Cholik mengangkat tulisan di blog dengan tema dari dua status di Facebook, sungguh luar biasa :). Saya pun semangat untuk mengikuti GA seharinya Pak De ini :D

Mulai ngubek-ngubek status-status di FB yang menarik untuk diangkat menjadi sebuah tulisan di blog :)
Setelah mencari........ saya pun jadi ingat kembali tentang status-status saya di Facebook. Oh.. iya ya, saya pernah buat status seperti ini :), saya membatin.

Sebetulnya banyak sih, status-status saya di FB yang ingin saya ceritakan disini, tapi berhubung yang punya hajat, hanya membolehkan dua status saja, akhirnya.... setelah dipilih... dipilih..... keluarlah dua status ini :) :

Thursday, March 13, 2014

Protesnya Farras

Ini foto waktu Farras kelas 1

Alhamdulillah, di kelas 2 ini, Farras sudah tidak pernah lagi berbuat keributan, iseng ataupun jahil pada teman-temannya ketika di dalam kelas. Ini menurut Guru kelas dan teman-temannya lho.... :D. Sekarang sudah tidak ada lagi teriakan-teriakan kecil teman-temannya ketika Farras berbuat iseng. Teriakan seperti : "Bu Guru..... Farras nya nih...." yang biasanya selalu muncul di dalam kelas, sudah tidak ada lagi. 

Bu Guru mengucapkan Alhamdulillah, yang beliau sampaikan pada saya saat saya sedang menjemput Farras di sekolah, bahwa sekarang ini Farras sudah tidak pernah lagi menjahili temannya. Farras sekarang ini lebih tertib jika di dalam kelas. Saya pun gembira, dan mengucapkan banyak terima kasih pada Bu Guru yang telah banyak membimbing Farras. 
Tak lupa saya bilang terima kasih pada Farras dan mengungkapkan kegembiraan saya bahwa Farras sekarang sudah bisa lebih tertib ketika di dalam kelas. Saya bilang : "Ibu bangga pada Farras." Farras pun tersenyum.

Dan..... setelah lama saya amati, sekarang ini Farras lebih sering protes kepada Bu Gurunya. Tapi sepertinya Bu Gurunya tidak merasa keberatan dengan banyaknya protes yang Farras luncurkan. Bu Gurunya masih enjoy saja dengan banyaknya protes Farras.
Salah satu contoh, ketika UTS PKN minggu kemarin, ada jawaban yang berbeda dengan Farras, dan Farras yakin akan jawabannya, Farras pun mengungkapkan keberatannya tersebut. Bu Guru bilang, jawaban PKN tersebut adalah 'musyawarah', sementara Farras menjawab 'demokrasi'. Saya tidak tahu pertanyaannya seperti apa? Tapi menurut Farras, Farras yakin kalau jawabannya adalah 'demokrasi', bukan 'musyawarah'. Dan akhirnya Bu Guru pun menyimpan jawabannya terlebih dahulu.
Esok harinya, Bu Guru meralat hasil jawabannya, jawaban yang benar adalah jawaban dari Farras, yaitu 'demokrasi'. 
Itu baru satu kasus protesnya Farras, belum kasus-kasus yang lain.
Sempat pula ayahnya Farras pernah mendengar Farras protes ke Bu Gurunya (tapi saya tidak tahu protesnya seperti apa). Ayahnya hanya mendengar kalau Bu Guru bilang begini ke Farras : "Farras ini ya, proteeesss.... aja. Ya udah deh gak apa-apa. Bagus kalau begitu ..... " :D

Jadi sekarang, Farras yang suka iseng berganti dengan Farras yang suka protes :D

Thursday, March 06, 2014

Taylor Dayne - Love Will Lead You Back

Ada yang masih ingat lagu dari Taylor Dayne ini? Lagu lawas (lupa tahunnya). Saya sangaaat suka lagu ini saat itu dan sampai sekarang :)
Awalnya saya menemukan lagu ini di You Tube secara tidak sengaja. Saya membuka You Tube karena ingin mencari dan mendengarkan lagu lain, tapi secara tak sengaja, sampailah saya pada lagu ini. Saya pun seperti orang yang menemukan sesuatu yang hilang :)
Waahh... ini kan lagu favorite saya, walaupun saya tidak punya kasetnya saat itu, tapi ini salah satu lagu favorite saya. Dan saya pun mengulang-ulang untuk mendengarkannya :)

Saya suka akan ciri khas suara dari Taylor Dayne ini, lagunya dan seksi bibirnya itu loh.... hehehe...



Selamat menikmati, kalau memang suka :D

Wednesday, March 05, 2014

Diplomasi Yang Gagal di Sebuah Toko** : Pemilik Toko Yang Memiliki Krisis Kepercayaan Pada Orang Lain


Cerita ini sebetulnya sudah lama, terjadi tahun 2009 ketika Farras masih berusia 3 tahun.


****************
Disudut kota serang, kota tempat saya dilahirkan dan dibesarkan, ada sebuah toko grosir mainan anak-anak yang cukup besar.dan komplit. Setiap hari toko tersebut dipadati pengunjung yang kebanyakan pedagang keliling mainan anak-anak. Selain itu juga banyak orangtua, maupun anak-anak yang membeli secara eceran. Saya memperkirakan omzetnya cukup tinggi, bisa jadi labanya pun perbulan bisa melebihi gaji pokok seorang pejabat PNS Eselon II atau bahkan mungkin seorang GM pada sebuah perusahaan swasta, terlihat dari aset yg mereka punya baik barang dagangan, gedung, kendaraan dan juga karyawan-karyawan yg cukup banyak. Syukur Alhamdulillah, sebuah bisnis yg berjalan tanpa harus bersinggungan/berhubungan dengan aparat pemerintahan yang kebanyakan (tidak semuanya) latah ingin ikut-ikutan bisnis dengan para pengusaha.J

Saya, suami saya dan Farras pernah beberapa kali berkunjung untuk membeli beberapa mainan, lumayan cukup murah dibanding membeli di Mall-Mall yang mengenakan tarip sewa /pajak/pungutan yang lumayan bisa membuat harga jual tinggi kepada konsumen. Selain itupun kami bisa menyesuaikan budget yang kami miliki, yang penting mainan terbeli, dan anak saya Farras merasa senang walau umur mainan tersebut tidak terlalu lama karena dimutilasi setiap kali bermain.

Biasa dipanggil Bu Haji namanya, yang langsung menghandle transaksi jual beli (bos merangkap kasir) di toko tersebut, memakai kerudung yang menutupi rambut (bukan jenis jilbab), memakai beberapa perhiasan, perawakannya masih muda, pendatang, berlogat jawa, terlihat segar, sedikit terkesan jutek..(maap Bu Haji… .ini kesan pertama saya ketemu). Beberapa kali saya pernah menyaksikan sambil tersenyum dan termehek-mehek, anak-anak kecil yang berbondong-bondong datang berkunjung untuk membeli beberapa mainan, digiring oleh pegawai-pegawainya untuk segera melakukan pembayaran di depan Bu Haji. Memang saat itu Bu Haji mengingatkan pegawainya untuk menyuruh anak-anak tersebut segera melakukan pembayaran, tetap dengan wajah setengah jutek sambil berkata lirih :”Awasi koh bocah-bocah bokan padeu kabur.” (awasi anak-anak nanti takut pada kabur). Biasanya saya cuma tersenyum saja tanpa berkomentar, dasar anak-anak sambil senyum-senyum mereka satu persatu merogoh uang dari kantongnya, sambil berujar, “Ini ada uangnya Bu hajiiii….moal kabur..bayar pasti….” *sambil nyengir malu-malu* Entah pengalaman apa yg membuat Bu Haji begitu over protected dan parno terhadap para customernya, terutama anak-anak. Maklum juga seeeh karena sistim transaksinya masih dengan cara konvensional dan tanpa pengaman kamera yang siap menangkap para pengutil layaknya di Mall-Mall besar, cukup dengan menggunakan mata telanjang dan sesekali berteriak mengingatkan, mereka memilih lelah mungkin, daripada harus ribet memikirkan manajemen dagang/toko, yang penting barang habis duit kumpulllll…Amiin…….*terbukti kok sekarang sudah tajir*

Siapa sangka gaya pengawasan terpadu dan melekatnya Bu Haji n crew, akhirnya menimpa juga pada kami yang sebelumnya tidak sampai terpikir bisa bakal mengalami hal serupa seperti anak-anak, malahan ini lebih tragis dan menyedihkan. Beberapa bulan yg lalu kami (saya, suami saya dan Farras) berkunjung ke toko tersebut untuk memenuhi permintaan Farras yang ingin memiliki sebuah mobil-mobilan yang dia lihat di rumah tetangga. Mobil Ambulance yang dia minta,,,nguing..nguing…nguing…begitu dia menirukan suara mobil tersebut. Sebagai ortu, selagi ada, kami langsung memenuhi permintaannya. Seperti biasa sore itu, tempat Bu Haji ramai dipadati pengunjung, baik pedagang eceran ataupun perorangan. Terlihat Bu Haji begitu sibuk menerima dan melayani uang (yang kebayakan sudah lecek) kembalian dari para customernya. Seperti biasa dengan wajah tanpa senyum (setengah jutek) dan tanpa ada basa-basi “say thanks” pada customernya, beda banget dengan para kasir di mall-Mall, yang cantik dan selalu mengumbar senyuman ke setiap pengunjung *tuntutan manajemen kali ya* bisa-bisa kering itu gigi kebanyakan nyengir
J. Kami mulai bergerilya untuk memilih mainan yang bagus dan sesuai permintaan anakku Farras. Sempat beberapa kali bolak-balik memilih beberapa mainan, yang ini terus gak jadi, ganti lagi dan gak jadi lagi.. sampai akhirnya karyawan perempuan yang masih muda nyeletuk pada suami saya, karena memang yang wara-wiri menukar mainan adalah suami saya : “Udah dong pak jangan milih-milih teruuus….” *sekarang bener-bener dengan menunjukan paras jutek*. Suami saya terlihat kaget ditegur begitu, saya juga ikut kaget dan sempat berpikir apa ini hasil kaderisasi/training dari sang bos/majikan yang memang agak setengah jutek, atau memang sudah merasa tertekan dengan sistem yang diterapkan majikan. Wallahu A’lam, suami saya gak mau kalah menjawab : “Namanya juga anak-anak mbak, lagian kita kan pembeli, harus dilayani dengan ramah dong…”  *kali ini suami saya ikut-ikutan bernada jutek pula*, saya hanya diam, karena memang dasarnya tidak pernah banyak bicara, walau sebenarnya bisa lebih jutek lagi dari si mbak dan suami saya hehehe… Sampai akhirnya suami saya ngeloyor dan sambil ngomong ke si mbak : “Saya akan bayar nih langsung, mbak liatin ya??” Murah memang mainannya, cuma Rp.25,000,- sambil melangkah ke tempat Bu Haji, saya berbisik : “Yah, masih ngomel-ngomel tuh si mbaknya.” 
“Biarin ajalah Bu.” Suami saya menjawab.

Sempat ngantri kami di depan Bu Haji, karena kebetulan banyak yang sedang melakukan transaksi, ya…. tanpa nota memang, bayar sesuai harga dan langsung boleh dicoba, complain barang dilayani saat itu pula, begitu keluar toko, pelayanan “after sales services” tidak berlaku lagi. Sambil tetap melayani yang lain, Bu Haji pun menghandle pembayaran barang yang saya beli, sambil sedikit berteriak ke si mbak “pireu iki (berapa ini)”, menanyakan harga barang yang saya bawa. ”25 ribu..” Sahut si mbak. Saya mengeluarkan dompet, dan mengeluarkan uang Rp.50rb-an, lalu memberikan pada suami saya, dan suami saya memberikan pada Bu Haji sambil sibuk mengerjakan yang lain, Bu Haji memberikan uang kembalian 2 10rb-an, 1 5rb-an. “Maksih ya Bu Haji??”  “Ya..” sahut Bu Haji pendek sambil tidak menatap ke  wajah suami saya, karena dia sedang sibuk melayani….maklumlah saya…. Tiba sekarang mainan dicoba, sambil dipandu pelayan cowok, si ambulance berputar-putar kesana-kemari, dan saat bersama pun terlihat seorang anak sedang mencoba mainan pesawat yg menurut saya lebih menarik…,anak saya melirik, dan langsung bilang ke ayahnya :..”Yah itu aja…sambil menunjuk mainan tersebut.” Suami saya nanya pada pelayan: “Bisa tukerkah?” si pelayan mengangguk, dan memang kebetulan punya harga yang sama. Langsung suami saya menuju ke si mbak tadi,dan kali ini suami saya lebih lembut sambil mohon maaf untuk menukar barang tersebut, dan suami saya bilang bahwa dia sudah membayar tadi ke Bu Haji, si mbaknya mengangguk menyetujui, lebih cool.. karena memang suami saya saat itu menunjukan rasa bersalah. Alhamdulillah….,Pesawat pun dicoba,,, terlihat senang anak saya melihat mainan layaknya pesawat beneran yang sedang ancang-ancang lepas landas, bungkus mang!! dan suami saya lalu kembali menghampiri Bu Haji *seharusnya tidak suami saya lakukan* untuk bilang bahwa mainan tadi saya tukar dengan harga yang sama….Bu Haji mengangguk, dan terlihat jelas bahwa Bu Hajji sedang mengingat sesuatu… beberapa langkah lagi kami keluar toko, tiba-tiba suami saya ditegur seorang pelayan ”Pak dipanggil Bu Haji.” Ups….suami saya terlihat kaget, begitu pun saya, “Ada apa Bu Haji?” Tanya suami saya.  ”Bapak belum bayar ya tadi?” Kata Bu Haji.  Saat itu suami saya terlihat kaget sekali, dan langsung saja suami saya menerangkan, bahwa suami saya sudah bayar, saya yang mengeluarkan uang dengan nominal 50rb dan suami saya juga menyebutkan jumlah pecahan yang Bu Haji berikan pada suami saya. Lalu suami saya menunjukkan uang kembalian yg ditaro di kantung baju saya. Bu Haji tetep saja nggak ngerasa bahwa dia sudah menerima uang, walau saya pun ikut meyakinkan dia, malah sempat saya terpancing mengucapkan sumpah segala “DEMI Allah Bu Haji”,yang kemudian suami saya ingatkan untuk tidak berkata seperti itu.”Terus maunya Bu Haji gimana, kami sudah mengatakan dengan jujur, tapi tetep saja Bu Haji tidak percaya”,…..”Gak tau saya, yang jelas saya gak ngerasa menerima.” Kesel saya saat itu, juga suami saya. Suami saya terlihat sangat emosi. Akhirnya suami saya mencoba mencari dukungan pada karyawan-karyawan disana, karena kami yakin beberapa orang melihat kami melakukan transaksi dengan pecahan uang Rp.50rb. Di luar dugaan, semua karyawan hanya diam, tidak ada jawaban satu patah katapun. Saat itu seluruh pengunjung sudah mulai memperhatikan perdebatan kita. Memang lumayan keras suara suami saya, karena emosi yang setengah terkendali.,..saat itu suami saya terlihat buntu untuk mengeluarkan kata-kata yang bisa meyakinkan Bu Haji yang sudah trauma dan mengalami krisis kepercayaan pada siapapun. Suami saya menghela nafas panjang dan mencoba kembali mengatakan dengan sejujurnya *kali ini dengan suara yg lembut* siapa tau Bu Haji bisa 100% percaya pada kami. Hah memang udah dasar wataknya, dia tetep aja bilang bahwa dia gak pernah menerima pembayaran dari saya. Saya melihat suami saya mencoba melihat satu persatu karyawan-karyawan yang ada disana, terlihat memang semuanya diam netral, entah apa yang sedang mereka pikirkan, mendukung sayakah, atau sebaliknya mendukung majikan. Sampai akhirnya mata suami saya tertuju pada seorang cewek muda disamping Bu Haji,yang tadi sepertinya terlupakan untuk suami saya tanya, keliatannya sih anaknya, karena dia pun membantu beberapa menghandle transaksi di toko tersebut, dia pun diam, mungkin sambil mengingat-ingat.

Uang yang diributkan jumlahnya relatip kecil, tapi kalau kami membayar ulang, itu berarti Bu Haji akan menambah yakin kalau kami belum bayar. Itu yang tidak saya inginkan. Ini masalah harga diri, bukan hanya uang……. apalagi seisi toko sudah memperhatikan perdebatan kita. Sempat saya berbisik menyuruh membayar lagi. Tapi saat itu sudah kepalang tanggung. Sepertinya suami saya penasaran sampai dimana keteguhan Bu Haji utuk meyakini apa yang dia pikirkan. Disela-sela kepenatan dan sedikit emosi, suami saya akhirnya mulai mengambil langkah negosiasi lagi. Kali ini agak sedikit menggunakan trik : menyerah, tapi uang itu berharap kembali lagi pada kami….””*dengan nada pelan* suami saya berkata : ”Oke Bu Haji, saya mau serahkan uang ini, tapi tidak untuk membayar mainan ini, tapi ini ikhlas dari saya untuk bersodakoh/infak pada Bu Haji, dari kami bertiga….” Tepat yang suami saya duga, Bu Haji langsung mendorong tangan saya sambil berkata : “Hah…. enak aja, saya gak mau kalo disodakohi, la wong saya cukup.” *kali ini Bu Haji terlihat lelah menghadapi pengakuan saya* Suami saya terlihat senang, emosi dan ego Bu Haji sudah berhasil dikuasai suami saya, dan entah kenapa suami saya yakin banget bahwa semua perdebatan akan berakhir. Terakhir suami saya  bilang “Bu Haji ini gimana….. saya mengatakan dengan jujur, Bu Haji gak percaya, terus saya mengalah, Bu Haji juga gak mau nerima, terus Bu Haji maunya apa???” Kali ini suami saya sudah di atas angin. Kami melihat Bu Haji agak sedikit gugup, walau dia masih kekeh aja dengan keyakinannya, sampai akhirnya gadis yang disamping Bu Haji mendekat dan berkata lirih: “Mak… iyeu uwis bayar Bapak iku (bu,iya bapak itu udah bayar).” ”Udu sing mau jeh ngomong.” (bukan dari tadi bilang) jawab Bu Haji. Saat itu juga suami saya langsung menyambar bicara: ”Iya khan Bu Haji, bener kami udah bayar, la wong pada diem semua ditanya, makanya lain kali hati-hati menuduh orang.” Dan kami pun balik kanan menuju keluar tentu dengan sedikit mengumpat. Di depan toko seorang pengunjung bapak-bapak bilang, Bu Haji emang begitu mas, suami saya jawab dengan senyum kecut aja dan langsung pulang. Di perjalanan suami saya bilang pada saya: ”Kita gak usah kesana lagi, cukup terakhir tadi, kesian Bu Haji nanti kalo ketemu kita lagi, dia akan malu.” Justru sekarang yang kami bingungkan, sampai akhir perselisihan Bu Haji gak pernah yakin dengan pengakuan kami. Kami terbebas dari tuduhan karena seorang pegawai (mungkin saudara/anaknya) melaporkan bahwa dia melihat kita bertransaksi, walau awalnya penuh keraguan dan akhirnya terlambat, gak selamanya pengakuan yang jujur dan pasrah, bisa begitu aja dipercaya orang lain. Ato jangan-jangan penampilan kita yang dianggap seperti penipu???? :D

**Maafkan kami Bu Haji, jika telah membuatmu tak percaya dan sempat menyinggung perasaan dan sebaliknya kami sudah memaafkan, jika memang Bu Haji merasa bersalah**
Waalahu A’lam..

,
**foto lokasi sengaja tidak ditampilkan, untuk menjaga nama baik.

Celoteh Fayda Part 10


Farras dan Fayda pernah diajak Budenya ke Mall untuk makan Fried Chicken. Sambil menunggu makanan datang, Farras dan Fayda bermain dulu di arena bermain yang ada di Mall tersebut. Ketika makanan sudah datang, mereka pun makan, dan terjadilah percakapan berikut :


Farras : "Bude, nanti Farras beliin es krim ya...?"
Bude   : "Iya, abisin dulu makannya, baru beli es krim, kalo makannya gak abis, gak Bude beliin es krim."
Fayda : "Iiihh... kakak.... kalo makan itu jangan dobel-dobel, nanti kekenyangan. Iya kan, Bude..."

Budenya tersenyum, sambil ngomong begini : "Emang Fayda ngerti gitu artinya dobel?"
Fayda cuma merenges. Hehehehe....

*******************

Akhir-akhir ini, Fayda kelihatan sudah mulai malas pergi ke sekolah (Kober). Penyebabnya adalah gurunya yang selalu berganti-ganti, sehingga membuat Fayda tidak merasa nyaman. Fayda termasuk anak yang lama untuk bisa beradaptasi dengan orang baru. Sehingga ketika sering terjadi pergantian guru di sekolahnya,  Fayda merasa tidak nyaman, dan malas untuk pergi sekolah. Bangunnya selalu siang.


Suatu malam, ketika kami sedang menginap di rumah Mbah, Mbah Fayda berujar begini :

Mbah  : "Fayda.... bobo dong, ini kan udah malam, besok kan sekolah, nanti kesiangan lho..."
Fayda : "Enggak ah... enggak mau bobo. biar aja udah malem juga, biar bangunnya siang, biar gak usah sekolah."

*Eyaampun.... ini anak kecil ngejawab aja ya.... :)*